Jumat, 10 Oktober 2008

BUTUH ULURAN TANGAN

Aku punya utang Rp 200 juta. Itulah kenyataan hidup ku ini. Aku dililit utang setelah aku selalu membantu teman, berkorban demi perusahaan dan membangun rumah yang sebetulnya aku belum mampu. Aku sering dikenal oleh orang seperti lilin, mampu menyinari namun dirinya hancur.

Kenyataan pahit inilah yang sedang aku hadapi. Utang yang membelenggu begitu besar membuat aku stres dan bingung untuk mencari solusi. Hampir setiap hari aku dikejar-kejar bank, teman dan leasing. Aku pinjam uang di bank Danamon atas nama aku sendiri, orang tua aku, dan mertua aku total ada Rp 105 juta. Untuk atas nama orang tua, aku menjaminkan sertifikat tanah dan rumah. Yang aku khawatir, jika aku tidak mampu menyetori rumah dan tanah orang tua serta mertuaku bisa disita. Setelah itu mereka mau tidur di mana. Sungguh tragis kehidupan ku ini.

Aku juga punya utang di kantor dan teman-teman, semua utang itu total dari sisa aku utang di bank dan leasing. Oh ia aku adalah seorang karyawan di sebuah media lokal di Tegal. Aku memiliki gaji yang tidak cukup untuk nyetori utang. Apalagi gaji ku sama sekali tidak tidak aku terima. Memang ada, tapi itu tinggal kisaran Rp 50 ribu agar rekening bank mandiri ku tidak hangus. Dan ini berjalan sudah dua bulan lebih.

Sekarang (10 Oktober 2008), isteri ku sedang hamil anak keempat. Setiap hari isteriku dan anak-anaku tidak pernah aku nafkahi, tapi mereka minta diorangtuanya dan aku diibuku. Perjalanan ini terus aku jalani hingga saat ini. Sungguh teriris dan menangis hati ini, jika ingat isteri dan anak-anaku. Namun aku selalu bersyukur ternyata mereka begitu sabar dan tabah, bahkan selalu memberi motivasi aku, "Mas, hidup tidak selamanya di bawah. Roda aja berputar. Yang penting kita pasrah sama Allah". Itulah ucapan isteri ku yang membuat aku kuat hingga saat ini dan dia berucap "Mas, di akhirat nanti, kita tidak bisa minta tolong sama orang lain, tapi amallah yang dimintai tolong. Jadi, sebesar apapun ujian ini di dunia, kita masih hidup di dunia. Sehingga kita bisa minta tolong kepada orang tua, teman atau kerabat. Yang penting usaha dan sabar."

Terkadang aku kelihatan ceria atau gembira di hadapan teman maupun keluarga. Padahal pikiran dan hati sedang kalut, mikirkan bagaimana besok aku setor bank? SEJAK MARET 2010 Alhamdulillah sekarang saya dan keluarga telah bangkit dari keterpurukan. Ini semua Allahlah yang memudahkan dan mengangkat derajat saya dan keluarga. Semoga saya dan keluarga bisa terus beramal dalam hidup ini. Apalagi prinsip saya, hidup untuk amal hingga akhir hayat nanti. Dan semoga Allah selalu menerima amal baik saya dan keluarga. Amin

Tidak ada komentar: