Minggu, 06 Juli 2008

Ingin Kaya ? Jadilah Pengusaha

"Apakah Selama ini anda berpikir bahwa hidup anda dari Kakek, Ayah, dan Anda akan mengajarkan kepada anak anda seperti ini: Belajar yang baik, dapatkan ranking, kuliah di perguruan tinggi yang hebat, dapatkan IPK yang tinggi, dan bekerja pada perusahaan besar, dan Pensiun...?" Kalau anda Jawab "YA" berarti artikel ini cocok untuk anda...!!"
Banyak orang yang mau kaya tapi tidak mengetahui bagaiamana caranya kaya, sebagian dari kita bila berkunjung ke orang yang kaya kita akan mencari 2 hal yaitu: Pekerjaan atau Hutang.
Dari hal tersebut diatas perlu kita perhatikan bukan karena INCOME yang menentukan hidup kita
Apakah sekolah menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi dunia yang riil?" Belajarlah yang giat dan
raihlah angka yang baik yang baik, dan kamu akan mendapatkan pekerjaan yang upahnya tinggi dan
tujangan serta keuntungan yang besar. Itulah yang orang tua saya ajarkan kepada saya dan akhirnya
saya menjadi sesukses sekarang, Sampai dengan suatu hari pada tahun 1996, salah satu anak saya pula
ke rumah dengan penuh rasa kecewa terhadap sekolah. Dia bosan dan capai belajar. " mengapa saya
harus menghabiskan waktu untuk mempelajari hal-hal yang tidak akan pernah saya gunakan dalam
kehidupan riil?" katanya memprotes.
Tanpa pikir panjang, saya langsung menjawab, " Karena bila kamu tidak memperoleh ranking yang baik,
kamu tidak akaan bisa diterima di Universitas."
"tak peduli apakah saya akan kuliah di perguruan tinggi atau tidak," Jawabnya," saya akan kaya"
"Jika kamu tidak lulus dari perguruan tinggi, kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan yang baik," jawab
saya dengan nada panic dan sikap peduli yang keibuan. " Dan jika kamu tidak mempunuao pekerjaan
yang baik, bagaimana kamu merencanakan untuk menjadi orang kaya ?"
Putra saya menyeringai dan perlahan-lahan menundukan kepalannya dengan ogah-ogahan.kami sudah
membicarakan hal ini banyak kali. Ia merendahkan kepalanya dan memutar-mutar matanya. Kata-kata
kebijaksanaan saya yang keibuan sekali lagi masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Meskipun cerdas dan berkemauan kuat, ia selalu merupakan pemuda yang ramah dan penuh hormat.
"Bu," ia mulai, giliran saya yang "dikuliahi". " ikutilah perkembangan zaman! Lihat sekeliling ibu, Saya
kira ibu juga tahu bahwa banyak orang sangat kaya tidak memperoleh kekayaan mereka karena
pendidikan mereka. Lihatlah Michael Jordan, Maddona bahkan Bill Gates, yang Drop Out dari Harvard
University, Telah mendirikan Microsoft; sekarang ini merupakan orang terkaya di Dunia, Padahal
umurnya baru 30an waktu itu.
Kesunyian yang panjang menyelimuti kami, Saya tidak pernah menduga bahwa saya memberi anak saya
nasehat yang sama yang dulu diberikan oleh orang tua saya kepada saya .Dunia sekitar kita telah
berubah, bahkan sangat cepat, tetapi nasehat yang kita berikan tidak atau belum berubah.
Memperoleh pendidikan yang baik dan meraih ranking yang baik tidak lagi menjamin kesuksesan, dan
tak seorang pun tamapak memperhatikan hal itu, kecuali anak-anak kita.
"Bu," lanjutnya, " saya tidak ingin bekerja sama kerasnya seperti yang ibu lakukan. Ibu menghasilkan
banyak uang, dan kita tingga dalam rumah yang amat besar dengan begitu banyak mainan. Jika saya
menuruti nasihat ibu, nasib saya pun akan berakhir sperti ibu : bekerja keras dan semakin keras hanya
untuk membayar pajak yang lebih besar dan akhirnya hidup dalam utang. Saya tahu lulusan universitas
sekarang memperoleh bayaran lebih kecil daripada ketika ibu baru lulus, lihatlah dokter. Mereka tidak
menghasilkan uang sebanyak dulu. Saya sadar tidak dapat bersandar pada jaminan social dana dana
pesiun dari tempat kerja. SAYA MEMBUTUKAN JAWABAN-JAWABAN BARU.
Ia benar, ia dan saya membutuhkan jawaban baru, Nasihat orang tua saya mungkin berhasil untuk
orang-orang yang lahir sebelum tahun 1945. Tetapi nasihat tersebut akan menjadi bencana bagi kita
yang lahir pada dunia yang berubah dengan cepatnya. Saya tidak bisa lagi hanya mengatakan kepada
mereka " pergilah kesekolah, raihlah nilai yang baik, dan carilah pekerjaan yang aman dan terjamin"
Saya tahu saya harus mencari cara-cara baru untuk membimbing pendidikan anak-anak saya.
Sebagai seorang ibu dan sekaligus seorang akuntan, saya perihatin dengan kurangnya pendidikan
financial yang diterima anak-anak kita di sekolah, banyak dari anak-anak muda jaman sekarang
mempunyai kartu kredit sebelum mereka lulus SMU, namun mereka tidak perna mendapat kursus
tentang uang atau bagaimana mengivestasikannya apalagi tentang bagaiaman cara kerjanya suku bunga
kartu kredit yang berlipat ganda itu. Singkat kata, tanpa melek financial dan pengetahuan tentang
bagaiamana cara uang bekerja, mereka tidak disiapkan untuk menghadapi cunia yang sedang
menantikan mereka, sebuah dunia dimana pengeluaran lebih ditekankan daripada penabungan
Ketika sebagai mahasiswa tingkat pertama anak tertua saya akhirnya terjerat hutang karena kartu-kartu
kreditnya, saya tidak hanya membantunya menghancurkan kartu-kartu kreditnya. Tapi saya juga pergi
ke sebuah program yang akan membantu saya mendidik anak-anak saya dalam masalah-masalah
keuangan.
Ada sebuah artikel menarik mengatakan di Amerika , dimana mereka memiliki kekuatannya financial
dikatakan bahwa:
Setelah menginjak usia 65th, nasib mereka seperti ini :
36% telah meninggal dunia, 54% masih bergantung pada anak cucunya, 5% masih bekerja keras, 4%
benar-benar pesiun, HANYA 1% saja yang benar-benar kaya raya. Keadaan seperti itu terjadi di Amerika
yang notabene mempunyai Jaminan Sosial dan Dana Pesiun, Bagaimana dengan Negara Indonesia?
Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar: